"Pranggg..." suara cermin jatuh dan meninggalkan
pecahan yang sangat membahayakan, Agrista memperhatikan dalam-dalam kaca yang
awalnya sebuah bantuk segi empat yang berukuran kurang lebih 60 cm kini telah
hancur manjadi beberapa bagian.
"Cukup, sudah cukup!" ia meneriaki dirinya
sendiri,kepalanya berdenyut karena darah pada nadinya telah lari menuju
kepalanya.
Ia keluar dari kamar mandi sambil membawa fotonya. Di dalam
bingkai terlihat ia sedang berlakon menjadi salah satu peran perempuan Jawa,
seperti pemain teater.
Lalu ia duduk pada salah satu sisi tempat tidur dan menatap
lekat-lekat foto tiga tahun yang lalu, saat ia masih menjadi siswi di salah
satu sekolah swasta ternama di Jakarta. Dengan matanya yang berbinar ia berkata
dengan lirih, "Kamu memang Agrista, Agrista yang siap menjadi apa saja.
Tapi bukan berarti dia dapat mempermainkan seorang pemain teater. Aku lebih
lihai dari padanya, biar saja dia memulai hidup sengan perempuan itu. Aku lebih
kuat, aku akan bersandiwara di depan pernikahannya besok, lihat saja!"
Agrista bangkit mengambil gaun pesta yang sudah ada di tempatnya.
Ia tepat berada di kepingan pecahan kaca tadi, pantulan
dirinya menjadi beberapa bagian yang saling memberika sudut pandang yang
berbeda antara satu pecahan dengan pecahan yang lain. Agrista mencoba
menatapnya kembali lekat-lekat. Tiba-tiba ia menangis tersedu-sedu, sangat
pedih bila di dengarkan. Dan tidak lama kemudian ia tertawa amat keras, lalu
diam dan ia duduk di dekat pecahan kaca itu, tanpa takut akan melukai kulit
mulusnya. “Vin, aku ikhlas, sungguh ihklas. Lihat, aku tegar. Aku tidak akan
lagi menangis dan mencampuri urusanmu. Besok terakhir aku melihat kamu
dengannya, dengan wanita yang sesuai dengan agamamu dan semoga Tuhan memberkatiku.
Aku ikhlas vin”.
Agrista tersenyum manis, walau wajahnya amat memilukan bila
di lihat dengan seksama. Dirapihkannya pecahan kaca tersebut. Tanpa sengaja ibu
jarinya menjadi korban pecahan kaca, ia tidak menggubris, tetap di rapihkannya.
Dalam sisi kaca yang lain telihat, pipinya kembali basah oleh tangisan pilunya
dengan darah di ibu jarinya.
Cimahi
24 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar