Kamis, 30 Mei 2013

NOSTALGIA "Berkarya Lewat Mading" 5 Tahun yang Lalu .

Ini bukan termasuk karya baru, sebenarnya ini pernah di publikasikan dan ada pada koran RADAR BANTEN, cuma waktu itu saya masih tidak terlalu mengerti seberapa pentingnya arsip kecil ini, setelah saya cari di map ternyata sudah tidak ada korannya, tapi ketika saya cari di google, saya cuma bisa tersenyum. Saya pernah menjadi salah satu bagian kecil di dunia SASTRA :)
Sayangnya fotonya nggak ada walaupun sudah di cari ke mana-mana, tapi ada dengan adanya tulisan ini saya sudah merasa lebih dari cukup, ayolah terus menulis dan tulis untuk dirimu dan orang lain, biar kata wawasannya hanya seperseribu, tapi itu akan sangat bermanfaat.

BERBAGILAH DENGAN MENULIS,
MENULIS KARENA DIRIMU SENDIRI DAN MENULIS UNTUK BISA DI MANFAATKAN OLEH ORANG LAIN. - Dita Wahyuningtya :D


BERKARYA LEWAT MADING
26 APRIL 2008


Materinya pun banyak banget, mulai dari artikel/tulisan lepas, cerpen, puisi, pantun, tips, zodiak, karikatur, hingga jokes. Materi-materi tersebut mereka buat sendiri, namun bisa juga didapet dari media cetak dan internet.
Eskul mading di tiap sekolah emang enggak se populer eskul-eskul lainnya, kayak Paskibra, PMR, maupun Pramuka. Buktinya aja tim mading setiap sekolah nggak banyak yang ikut gabung. Seperti halnya di SMPN 2 Serang, tim maddingnya cuma memiliki anggota sebanyak 10 siswa.
Namun, mading yang punya nama KHARISMA ini terbilang eksis dalam penerbitan. Pergantian edisi madingnya pun dilakukan seminggu sekali. “Kita ganti edisi tiap Sabtu. Materi-materi yang udah kekumpul di tim mading, terus kita tempel. Siapa aja boleh masukin tulisan ke mading KHARISMA. Yang penting dia warga SMPN 2 Serang termasuk guru-gurunya,” ujar ketua mading Dita Wahyuningtyas.
Dita ngaku kalo madingnya ini punya tema tersendiri tiap kali tampil. Hanya saja timnya masih tergantung dengan bahan-bahan ataupun materi-materi yang masuk. “Kita nerima tulisan apa aja, kayak puisi, cerpen, atau resensi. Semua bahan yang masuk akan kita editi dulu. Biar kata-katanya menarik dan nggak ngebosenin kalo dibaca,” ungkap Dita.
Sebelumnya, lanjut Dita, tim mading melakukan rapat terlebih dahulu. Hal itu untuk menentukan materi apa saja yang akan ditempel pada edisi berikutnya. “Kita kumpul rapat itu biasanya hari Senin. Di rapat itu kita bagi-bagi tugas ke tiap-tiap anggota,” tandas Dita.
Meski dukungan ataupun dorongan dari pihak sekolah besar, tapi jika tidak dibarengin sama kemauan siswa, nampaknya upaya penerbitan mading sulit berjalan. Hal tersebut dialami oleh pengurus OSIS SMPN 1 Taktakan. Walau pihak sekolah telah menyediakan fasilitas, anggota-anggota OSIS belum siap untuk mengaktifkan mading. Pasalnya, para pengurus OSIS sekarang baru saja terpilih. Makanya mereka belum mempersiapkan untuk menjalankan mading di sekolahnya. “Kita baru aja kebentuk, jadi kita belum siap soal mading. Tapi untuk program-program mading ke depannya, kita udah ada konsep yang nantinya mau kita pakai. Untuk sementara ini, mading sekolah masih OSIS yang pegang,” tutur Ketua OSIS Badrudin.
Namun, imbuh Badrudin, ke depannya pengurus OSIS berencana membentuk tim mading sekolah. “Sekarang, temen-temen OSIS lagi fokus buat ngadain perpisahan. Rencananya untuk tim mading ini akan kita seleksi dan diambil dari tiap kelas, kecuali kelas IX. Rubriknya tergantung sama tim madingnya. Biar mereka bebas nyalurin kreativitasnya,” kata Badrudin.
Beda dengan SMAN 2 Rangkasbitung. Saking tertariknya dengan kegiatan jurnalistik, sampai saat ini mereka punya dua buah mading. Bahkan sekolah yang berada di kawasan Ona ini pernah jadi juara lomba mading tingkat SLTA, dalam rangka bulan bahasa 2004 se Kabupaten Lebak. Mading pertama diletakkan di dekat ruang guru, mading tersebut dikelola OSIS bidang mading. Sedangkan mading yang ada di sebelah ruang perpustakaan, dipegang oleh pengurus Ikatan Remaja Masjid Al-Muhajirin (Irmamah).
“Mading depan untuk sementara dibiarkan kosong karena kesibukan siswa-siswanya menjelang ujian. Sementara Mading belakang masih terlihat aktif, materinya khusus buat keagamaan. Mading belakang bisa dimanfaatin buat pengetahuan, nyalurin kreativitas siswa, juga buat jalan dakwah,” kata Dwi Kania, sekretaris Irmamah.
Lain lagi dengan SMKN 1 Rangkasbitung, madingnya terbit seminggu sekali. Mading yang mereka miliki punya tiga bagian atau rubrikasi. Bagian pertama buat IPTEK, dan bagian kedua buat kreasi siswa, bisa dalam bentuk cerpen, puisi, dan pantun. Sedangkan bagian terakhir ada gambar hasil kreasi siswa, contohnya karikatur.
“Karikaturnya boleh apa aja, asal jangan tentang percintaan. Banyak banget yang bisa kita dapetin dari mading. Selain bisa ningkatin kreativitas, mading juga bisa dimanfaatin sebagai sarana informasi, dan juga mencari bibit-bibit yang punya bakat, baik dalam menggambar atau menulis,” terang Sekretaris Mading M Jumadi.
Mading bagi SDN Cilegon XII merupakan hal yang penting. Hanya saja mading sekolah yang satu ini tidak diisi oleh siswa-siswanya, melainkan oleh guru-gurunya. Selain dihiasi dengan foto-foto kegiatan sekolah, mading itu pun diisi oleh berbagai informasi tentang kesehatan.
Sayangnya, mading itu kini sepi dengan tulisan. Hal itu dikarenakan kesibukan para guru dari sekolah yang pernah mendapat juara 3 UKS se-Kota Cilegon. “Karya-karya siswa pun kita pajang, tetapi bukan di madding, melainkan di kelas masing-masing,” ujar Dra Suluhiah, Kepala Sekolah.
Beda lagi dengan SMP Mardiyuana Serang yang kegiatan madingnya sudah lama diadain. Kreasi yang ditampilkan siswa pada mading itu juga sangat bervariasi. Mulai dalam bentuk puisi, cerpen, kata-kata mutiara, dan lainnya. Hamdani, pembimbing mading ngejelasin, antusias siswa terhadap mading sangat besar. Hal tersebut dapat di buktikan dengan karya yang sering ditempelkan di papan mading selalu bervariasi, dan dari dulu sampe sekarang masih tetap jalan.
Disamping itu, pelatihan yang diberikan terhadap siswa pun kerap dilakukan untuk menambah wawasan. “Pihak sekolah sangat mendukung terhadap kegiatan siswa dalam bidang mading. Berbagai fasilitas kita upayakan untuk menggerakkan mading. Supaya tetap bertahan dan lebih maju lagi. Lewat mading, siswa dapat termotivasi untuk mengeluarkan segala kreativitasinya dalam bidang jurnalistik,” ujarnya.
Setiap mading yang ada di sekolah tak semuanya berjalan mulus dalam memajang karya-karya siswa. Seperti halnya mading SMPN 6 Serang, materi mading baru diganti sekitar 3 bulan sekali. Mading tersebut diibaratkan seperti ‘hidup segan mati tak mau`. Soalnya, tiap anggota bersikap masa bodoh dalam mengurus mading. “Mading sekolah ini diganti setiap 2 bulan sekali. Bahkan beberapa bulan lamanya baru diganti. Kurangnya kreativitas siswa menunjukkan hasil karya dan kreasi mereka, tetap menjadi kendala utama,” tutur Usnaini, Wakasek Kesiswaan.
Kondisi berbeda terlihat di SMPN 1 Cipocok Jaya, sekolah ini memiliki mading di depan sekolah dan setiap sudut kelas masing-masing. Tampak mading tersebut hidup dengan karya-karya siswa, mulai dari puisi, komik, cerpen, curhat, opini, kegiatan sekolah, hingga pengumuman. Kebanyakan hasil karya mereka yang dipasang dijadwal dengan sistem rolling.
“Setiap siswa menampilkan kreativitas mereka berupa karya apapun di mading depan sekolah atau sudut kelas yang sudah disediakan. Hal itu dilakukan sebagai wadah aspirasi kegiatan atau kreativitas. Bahkan bongkar pasang mading dilakukan setiap 2 minggu sekali,” ujar Andang, Pembina Mading.
Mengelola mading itu ternyata gampang-gampang susah. Hal itu terungkap dari Pembina Mading SMPN 5 Cilegon Siti Hafifah. “Yang paling susah adalah menggerakan siswa untuk ikut bergabung dan mengelola mading. Karena para siswa masih tidak percaya diri untuk menerbitkan karyanya melalui mading,” papar Siti Hafifiah yang biasa disapa Fifi.
Menurutnya, banyak siswa yang punya potensi menulis, tapi mereka kebanyakan masih enggan menyalurkan tulisannya lewat mading. “Begitu juga dengan tim mading, mereka terkadang bermalas-malasan mencari bahan atau materi untuk diterbitkan setiap Minggu,” terangnya.
Cara untuk mengajakanya, kata Fifi, yaitu dengan melihat hasil karya siswa yang memiliki kemampuan tersebut. Lalu meyakinkan bahwa karyanya bagus dan layak untuk diterbitkan di mading sekolah. “Padahal mading merupakan sarana kreativitas buat mengembangkan bakat dibidang tulis menulis, yang bisa mengasah keahlian siswa,” ujarnya.


Cimahi, 30 Mei 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar