Minggu, 31 Maret 2013

Berjalan di atas proses pendewasaan

"Saya pengen seperti dia", begitulah dulu yang sering ia katakan pada beberapa orang, yang benar-benar ada untuk percaya dan memahami dirinya.
Siapa sangka, wanita berparas jawa ini tidak menyukai dirinya sendiri, "nggak menarik" kesimpulannya.
Sahabat atau teman-teman yang pernah mengenalnya padahal memiliki pesepsi yang berbeda. Berani, cerdas, berkarakter, ramah dan aktivis begitulah anggapan mereka. Tapi ternyata jika diri sendiri yang menilai, bisa lebih baik atau mungkin lebih buruk.

Benar, menjadi lebih baik itu suatu keharusan, proses yang panjang. Tapi menilai diri sendiri terlalu rendah juga bukan metode yang 'pas' untuk membentuk identitas individu. Apalagi jika telah banyak bertemu orang-orang hebat, yang jauh lebih berbakat, kreatif dan berkarakter. Semakin minim saja penilaian pada sendiri.

Tapi perempuan muda yang baru menginjak usia tujuh belas tahun ini mulai belajar, pribadi luar biasa pada individu lain bukan menikam dirinya untuk dinilai semakin rendah. Ia sudah mampu belajar - karena proses kematangan pendewasaan untuk menjadikannya tolak ukur dan batu loncatan menjadi pribadi yang berkualitas.

Itu terjadi ketika dia mengenal seseorang - secara diam-diam, bahkan belum pernah bertemu atau sekedar menyapa, ia menemukan suatu magnet yang mempersepsikan perempuan yang baru dikenalnya adalah sosok yang imajinatif, penuh kreatif dan inovatif, bahkan terlihat aura cerdasnya ketika ia mulai berbicara di dunia maya dan aktif pada beberapa kegiatan. Semakin giat mencoba mengetahui dirinya, semakin belajar pula bagaimana membentuk karakter yang sama pada perempuan yang baru dikenalnya.

Barulah ketika beberapa bulan ia mencoba, ia menyadari bahwa itu bukanlah dirinya yang sesungguhnya. Dia berkelana dengan kegiatan positifnya tapi bukan dengan jiwa yang dimilikinya, melainkan dengan jiwa pada sosok perempuan yang baru dikenalnya.

"BODOH!" begitulah ia ucapkan terus-menerus, menghakimi dirinya yang ketika dulu terlalu memaksa menjadi orang lain. Membawa dirinya mengikuti sesuatu yang bukan ia sukai, membodohi bakat dan kemampuannya. Sehingga sayang, bakat besar yang dimilikinya, sudah lama tidak ia asah.

Dan kini, ia sedang sibuk bercerita pada salah satu media yang bisa mengungkapkan perjalannya - proses pendewasaannya. Ia mulai belajar bagimana se-tidak menyenangkannya menjadi bukan dirinya, hanya demi mendapatkan predikat yang menarik tapi tidak sesuai dengan dirinya. "Aku ini luar biasa, aku ini mampu, hanya perlu mencari media yang memfasilitasi dan membimbingku menjadi pribadi berkarakter lainnya. Aku bukan dia, dia juga bukan aku. Ada masa depan yang perlu aku untai dari saat ini, dan aku akan menjadi pribadi yang luar biasa!" ketiknya pada media tersebut. Dia mengetik dengan senyum imaginatifnya, karna yang ia tulis adalah pengingatnya, salah satu bakanya yang sedang ia asah .

Untuk aku, kamu dan kita yang memiliki pribadi luar biasa.









Dita Wahyuningtyas
31 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar