Sudah lama saya lupa dengan suara hujan,
Sudah lama pula saya lupa bagaimana saya harus bergembira.
pukul 20.08
11 Desember 2012
Saya menengadah melihat langit, mendung! Pantas saya tidak merasa terhibur oleh bintang .
Ini petuah yang saya dapat, dari seseorang yang mengajarkan saya teater di UKM tempat saya menggelar mahasiswa. hahaha
"Seseorang terlihat buruk ketika ia tersenyum, ia amat terlihat cantik, tampan dan rupawan ketika ia menangis, dan sifat sesungguhnya adalah ketika ia marah" .
Saya acuh, tapi ketika saya fikir kembali, mungkin petuah bodoh itu memang benar (saya sebut bodoh, maaf kang hahaha).
Saya bukan sedang labil yang senang berselimut hujan dan menodainya dengan tawa atau tangisan .
Saya hanya merasa ingin bahagia! Saya hanya ingin membagi tulisan lewat rasa saya !
Mari bencengkrama dalam ganasnya hujan, mari tertawa, mari bahagia
mari menangis, mari berduka .
mari kawan, aku dalam selimut gelap malam yang di hujanni rindu malam .
Putuskan urat dingin, saya berani mati di hujan malam .
awan sudah redup, mungkin ulah manusia yang bermain dengan akal bodohnya .
apa itu kunang-kunang? bungakah? nama partaikah? nama koruptorkah?
Pantas senja tadi berwarna sayu, saya ada dipertengahan dunia ketika ia pergi .
ketika ia kembali dan pergi tanpa tahu diri .
saya egois, memang !
saya hanya perlu rasa bahagia malam ini. di antara rimbun penat dunia .
diantara tugas yang tak ada ujung malunya.
Mari, kita cumbui malam hujan ini .
akan kita tulis dengan senyum naif ini .
dan bertemu pagi, dalam peluk puisi .
Siapa lagi yang mengerti, kalau bukan diri sendiri?
Saya pernah dikatakan seperti kekanak-kanakan, saya tertawakan saja argumen itu .
"Kalau iya memang kenapa? saya bangga dikatakan kanak-kanan. Tanpa dosa, bebas berwarna rasa, bebas berapresiasi, masih ingin kenal dunia lebih baik tanpa campur tangan perusak, lalu mau apa?".
Sekali lagi, di luar hujan belum berhenti, petirnya semakin besar .
dan,
20.55 .
bahagia ini selesai dalam tulisan .
